Perhatikan, Ini Tanda-Tanda Kamu Sudah Jadi Shopaholic
Shopaholic merupakan kondisi kejiwaan yang membuat mereka tergoda untuk terus belanja, meski barang yang dibeli tidak benar-benar mereka butuhkan. Dalam beberapa kasus, dorongan kuat untuk terus belanja ini bahkan membuat seseorang terjerat dalam tumpukan hutang.
Yang lebih mengerikan, beberapa orang yang sudah masuk dalam kategori shopaholic, sampai rela melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma agama, budaya hingga negara. Misalnya, menjual diri demi memenuhi hasrat berbelanja, melakukan penipuan dan lainnya.
Penyebab dan Tanda Kamu Sudah Termasuk Shopaholic?
Menurut profesor ilmu kesehatan terapan dari Indiana University, Ruth Engs, otak akan melepaskan endorfin (hormon kenikmatan) dan dopamin (hormon kesenangan) saat berbelanja. Seiring berjalannya waktu, perasaan ini jadi sangat adiktif dan sulit dikendalikan.
Baca Juga: Cara Menghitung Bunga Pinjaman
Engs mengklaim jika 10-15% dari populasi di seluruh dunia cenderung sudah menjadi seorang shopaholic, dan mereka tidak menyadari hal tersebut sampai mengetahui tagihan kartu kredit membengkak, dan cicilan bertambah banyak, sementara penghasilan tidak mengalami peningkatan.
Sebelum kamu terjebak dalam gaya hidup ‘mengerikan’ tersebut, ada baiknya kenali dulu tanda-tanda kamu sudah mulai masuk dalam kategori shopaholic, menurut Klinik Servo (2007),
- Mereka suka menghabiskan uang untuk membeli barang yang tidak dimiliki, meski barang tersebut tidak terlalu dibutuhkan. Dorongan ingin belanja makin besar saat mereka stres.
- Mereka akan merasa puas saat dirinya sudah berhasil membeli apa saja diinginkan. Namun setelah itu, umumnya mereka akan terjebak dalam rasa bersalah.
- Punya banyak barang yang hanya berakhir sebagai koleksi, tanpa digunakan. Misalnya lemari pakaian yang penuh dengan baju, sepatu atau koleksi barang elektronik dan lainnya.
- Meski berniat untuk berhemat, mereka kerap tidak mampu mengendalikan diri ketika belanja. Mereka pun sangat mudah terjebak dalam rayuan sales atau tenaga penjual.
- Mereka sadar punya masalah ekonomi, terutama berkaitan dengan hutang yang menggunung. Namun semua itu tidak mencegah mereka untuk terus berbelanja.
- Sering berbohong pada orang lain terkait uang yang dihabiskannya. Umumnya mereka akan mengaku menghabiskan lebih banyak uang untuk belanja, dan bangga dengan hal tersebut.
Baca juga: Cara Ampuh Terbebas dari Jeratan Kartu Kredit
Shopaholic jelas sangat mengerikan. Dampak yang akan mereka hadapi bukan hanya pada dirinya sendiri, tapi juga bisa menyebar hingga keluarga.
Dalam jangka pendek, shopaholic mereka akan didera dengan kecemasan dan rasa bersalah setelah menghabiskan uang untuk hal-hal yang tidak dibutuhkan. Namun perasaan cemas dan rasa bersalah ini justru malah membuat mereka kembali berbelanja untuk hal-hal yang tidak dibutuhkan.
Sementara untuk dampak jangka panjang, shopaholic cenderung menghadapi masalah keuangan, dan mereka juga akan kewalahan dengan hutang yang menggunung. Dalam beberapa kasus, mereka akan menghalalkan segala cara demi memenuhi hasrat belanjanya.
Tidak hanya itu, dalam jangka panjang hubungannya dengan keluarga akan semakin renggang. Bahkan secara tidak sadar, shopaholic merupakan salah satu pemicu adanya perselingkuhan, hingga perceraian dengan alasan masalah ekonomi.
Apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya?
Keluarga terdekatnya harus mampu menyadarkan jika mereka sudah masuk dalam kategori shopaholics, dan kebiasaan ini harus segera disingkirkan. Untuk sementara, mereka pun harus dijauhkan dari berbagai hal terkait uang, mulai dari kartu ATM, kartu kredit, atau aset lainnya.
Selain itu, ada berapa trik lainnya yang harus kamu lakukan sebagai upaya lanjutan menghilangkan kebiasaan buruk shopaholics.
- Biasakan untuk mulai mengatur keuangan dengan cara menyusun budget dan membuat daftar berbelanja sesuai dengan tingkat prioritas. Tentukan besaran uang belanjanya, dan usahakan membawa uang pas saat akan pergi berbelanja.
- Sebaiknya mulai membatasi aktivitas di sosial media, dan masuk ke mal hanya untuk keperluan tertentu. Misalnya belanja kebutuhan pokok. Itu pun tidak boleh berkeliling, hanya fokus ke satu tempat yang menjual produk pokok saja.
- Hindari pergaulan yang dapat memicu kamu menjadi shopaholic, seperti berkumpul dengan orang-orang yang hobi berbelanja, atau hal lainnya. Sebaiknya mulailah untuk menyibukkan diri dengan aktivitas positif.
- Minta dukungan kepada keluarga agar kamu terhindar dari kebiasaan ini. Jika dibutuhkan, sebelum belanja kamu bisa mengajak orang yang bisa mengingatkan saat kamu mulai keluar dari list belanja wajib yang sudah direncanakan sebelumnya.
- Ikut dalam aktivitas amal. Gunakan barang-barang yang tidak kamu butuhkan untuk kegiatan amal. Dengan bertemu mereka yang ‘kurang beruntung’, akan membuat kamu sadar tentang pentingnya belanja dengan bijak. Minimalnya timbul niat dalam hati, kamu nggak mau berakhir seperti mereka.
Jika kebiasaan belanja berlebih tanpa perhitungan ini masih terus menghantuimu, tanpa bisa dikendalikan, sebaiknya segera hubungi psikolog terdekat. Mereka akan menyusun strategi terapi khusus yang membantu kamu terlepas dari kebiasaan ‘mengerikan’ tersebut.
Ingat, shopaholics merupakan kebiasaan buruk, bahkan bisa jadi penyakit kejiwaan yang bisa menghancurkan masa depanmu dan keluarga. Mulailah membiasakan diri untuk belanja bijak dengan cara menyusun anggaran belanja sesuai dengan tingkat kebutuhan dan skala prioritas.