Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2020
Tidak hanya membawa bencana di dunia kesehatan, pandemi virus corona pun telah membuat iklim ekonomi dunia menuju jurang resesi. Selama ini banyak pakar dari lembaga-lembaga terkemuka yang memprediksi tahun ini, pertumbuhan ekonomi dunia akan tumbuh negatif.
Saking mengerikannya dampak global pandemi virus Corona terhadap perekonomian dunia, Dana Moneter Internasional (IMF) bahkan menyebut pandemi virus Corona berpotensi menimbulkan krisis keuangan terburuk sejak tahun 1930-an.
Tentu saja kondisi ini berlaku untuk Indonesia. Dalam keterangannya, Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, memperkirakan jika pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan II tahun 2020, bisa mencapai -5,1% sampai -3,5%, dengan titik tengah mencapai -4,3%.
Kondisi di triwulan II ini terjadi akibat dari penurunan aktivitas ekonomi di berbagai sektor, dari mulai perdagangan, manufaktur, pertambangan hingga transportasi.
Lebih lanjut lagi, Sri Mulyani menyatakan jika tekanan perekonomian Indonesia di periode April-Mei 2020 terjadi karena pandemi Covid-19, sementara untuk Juli-Agustus disebabkan karena dampak dari new normal yang baru berjalan, dan belum memberikan perubahan yang signifikan.
Khusus untuk periode Juni-Juli, mulai ada relaksasi dari sektor transportasi. Namun karena orang-orang belum banyak yang mau bepergian, dampak yang ditimbulkan masih belum banyak.
Fokus Pertumbuhan di Kuartal III
Untuk kedepannya, Sri Mulyani menyatakan jika pemerintah akan fokus mengejar pertumbuhan ekonomi di kuartal III tahun 2020. Untuk mencapai target tersebut, sejumlah upaya sedang dipersiapkan, salah satunya dengan mempercepat penyerapan APBN.
Tidak hanya itu, pemerintah pun saat ini telah mengeluarkan beleid terbaru yang merevisi, sekaligus menetapkan alokasi dari anggaran terbaru. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran atau DIPA pun kini sudah diselesaikan, Sehingga anggaran yang dibutuhkan sudah selesai, tinggal dieksekusi saja.
Langkah lainnya yang sudah dilakukan adalah, dengan memberikan perhatian kepada daerah-daerah. Hal ini disebabkan karena banyak perubahan APBD selama masa pandemi, Pendapatan Asli Daerah yang turun drastis, dan dana transfer ke daerah serta dana desa yang turun.
Untuk mewujudkan itu semua, pemerintah lewat Menteri Keuangan akan mengalokasikan dana hampir Rp 15 triliun sebagai pinjaman daerah.
Harapannya, pemerintah daerah bisa segera melakukan perbaikan belanja dari Kementerian dan Lembaga, melakukan pemulihan di perbankan dan korporasi, serta memperbaiki belanja Pemerintah Daerah, yang bisa jadi pendorong pertumbuhan ekonomi di kuartal III.
Harapan Besar di tahun 2021
Jika sesuai skenario, dan pertumbuhan ekonomi di kuartal III tahun 2020 mengalami peningkatan, Sri Mulyani berharap banyak pertumbuhan ekonomi akan mengalami lompatan di tahun 2021. Angka yang diharapkan berkisar antara 4,5% sampai dengan 5,5%.
Lebih lanjut lagi, Sri Mulyani menjelaskan jika asumsi tersebut didasarkan pada kondisi pandemi yang saat ini mulai mereda, dan diharapkan akan segera berakhir di tahun depan.
Selain situasi pandemi yang sudah mulai mereda, pemerintah pun berharap banyak kepada perkembangan teknologi yang dapat mempercepat penemuan vaksin virus corona. Jika vaksin ini bisa ditemukan dalam waktu dekat ini, keadaan ini bisa memberikan efek positif bagi perekonomian.
Setelah semuanya terpenuhi, pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2021 akan mengalami peningkatan menjadi 4%. Tapi tetap, proyeksi tersebut berasal dari asumsi jika seluruh desain penanganan Covid-19, terlaksana dengan baik.